Di dunia yang semakin terhubung, keamanan siber bukan hanya urusan para ahli teknologi atau target profil tinggi.
Pengguna biasa, mulai dari pelajar, karyawan, hingga pemilik usaha kecil, juga bisa menjadi korban pencurian data, penipuan identitas, atau peretasan akun hanya karena mengabaikan kebiasaan digital sehari-hari.
Berikut delapan risiko keamanan siber yang sering diabaikan namun bisa diam-diam membocorkan data pribadi kamu, beserta langkah mudah untuk melindungi diri.
1. Nomor Ponsel: Identitas Terlemah yang Kamu Punya
Nomor ponsel adalah salah satu celah paling mudah bagi peretas untuk menyamar sebagai kamu. Melalui SIM swapping, mereka bisa mengambil alih nomor dan mereset kata sandi di berbagai akun yang menggunakan verifikasi SMS, membuat identitas digitalmu berpindah tangan. Gunakan aplikasi autentikator (seperti Google Authenticator) atau kunci keamanan fisik (seperti YubiKey) alih-alih verifikasi dua langkah berbasis SMS.
2. Ekstensi Browser: Akses Penuh yang Sering Terlupakan
Banyak ekstensi browser memiliki izin untuk membaca dan mengubah semua aktivitas online kamu, termasuk kata sandi, pesan, dan data kartu kredit. Beberapa bahkan dijual ke pihak tidak terpercaya yang kemudian menyalahgunakan datanya. Instal hanya ekstensi yang benar-benar dibutuhkan, dan periksa izin serta sumber pengembangnya secara berkala.
3. Akun Email Lama
Akun lama seperti Yahoo, Hotmail, atau Gmail bisa menjadi pintu belakang bagi peretas. Setelah diretas, akun tersebut bisa digunakan untuk mereset kata sandi akun lain atau berpura-pura menjadi kamu di dunia maya. Cari akun lama di catatan atau pengelola kata sandi kamu. Hapus jika tidak digunakan, atau perkuat dengan kata sandi baru dan opsi pemulihan terkini.
4. Router Rumah: Gerbang yang Sering Diabaikan
Router Wi-Fi mengatur semua lalu lintas data keluar masuk rumah kamu namun banyak orang tidak pernah mengganti kata sandi default atau memperbarui firmware-nya. Router yang usang mudah dieksploitasi untuk memantau atau mencuri aktivitas internet kamu. Ganti kredensial admin default, lakukan pembaruan firmware, dan nonaktifkan fitur akses jarak jauh yang tidak digunakan.
5. Aturan Auto-Forwarding di Email
Kotak masuk paling aman sekalipun bisa diam-diam dibocorkan lewat satu aturan auto-forwarding yang meneruskan semua email kamu ke orang lain dan bisa tetap aktif bahkan setelah kamu mengganti kata sandi. Periksa pengaturan email setiap beberapa bulan untuk memastikan tidak ada aturan penerusan mencurigakan.
6. Alat AI dan Plugin Chrome “Gratis”
Banyak alat AI gratis atau plugin browser mencatat teks yang kamu masukkan untuk melatih model atau menjual datanya ke pihak ketiga. Harganya bukan uang tapi privasi. Baca kebijakan privasi sebelum digunakan. Pilih alat yang tepercaya atau bersifat open-source dengan penjelasan jelas soal pengelolaan datanya.
7. Penyimpanan Cloud dan Tautan Publik yang Terlupakan
File lama di Google Drive, Dropbox, atau Notion yang dibagikan dengan akses “Siapa pun yang memiliki tautan” bisa diindeks oleh mesin pencari dan membocorkan dokumen sensitif tanpa kamu sadari. Audit folder bersama secara rutin, cabut tautan lama, dan gunakan batas waktu akses bila memungkinkan.
8. Sinkronisasi Otomatis Antar Perangkat
Browser modern secara otomatis menyinkronkan kata sandi, riwayat, dan tab terbuka antar perangkat melalui cloud. Artinya, jika satu perangkat diretas, semua perangkat kamu berisiko ikut terkena. Enkripsi data sinkronisasi atau nonaktifkan fitur ini untuk akun dan perangkat kerja yang sensitif.
Keamanan siber bukan tentang rasa takut, tapi tentang kesadaran dan kebiasaan.
Melindungi kehidupan digitalmu tidak perlu alat mahal, cukup dengan kebiasaan konsisten: gunakan kata sandi kuat, lakukan pembaruan rutin, dan berbagi informasi dengan bijak. Perlu diingat bahwa peretas tidak hanya menargetkan orang kaya atau terkenal, mereka menargetkan mereka yang tidak siap.





