Sektor manufaktur Indonesia tengah mengalami transformasi besar menuju era smart factory, di mana teknologi digital, sensor, dan otomatisasi bekerja secara terintegrasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Mengutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat peningkatan kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dari periode sebelumnya menjadi 19,13 persen pada kuartal IV-2024. Angka ini menandakan meningkatnya kesadaran pelaku industri terhadap pentingnya digitalisasi dalam menjaga daya saing dan efisiensi operasional. Di era industri baru ini, konektivitas bukan lagi sekadar alat pendukung, melainkan tulang punggung utama yang memungkinkan mesin, sistem, dan manusia berkomunikasi secara real-time tanpa hambatan. Internet bisnis yang andal kini menjadi fondasi penting dalam membangun smart manufactur berbasis data.
Seiring meningkatnya keterhubungan antar sistem produksi, keamanan siber menjadi prioritas utama. Data produksi yang sensitif, pesanan pelanggan, hingga instruksi operasional harus terlindungi dari akses tidak sah. Internet bisnis dengan jaminan SLA (Service Level Agreement), perlindungan DDoS, dan pemantauan jaringan 24/7 memastikan komunikasi berjalan aman sekaligus meminimalkan risiko kebocoran data atau gangguan operasional.
Konektivitas yang andal juga menjadi kunci peningkatan daya saing Indonesia di kancah manufaktur global. Internet berlatensi rendah dan berkualitas tinggi menjadi kebutuhan vital bagi pabrik-pabrik di kawasan industri seperti MM2100, Jababeka, dan Cikarang. Internet bisnis yang stabil mendukung proses produksi yang lebih cepat, pemeliharaan prediktif (predictive maintenance), pemantauan real-time, serta akses data operasional jarak jauh, seluruhnya merupakan faktor penting dalam mencapai standar Industri 4.0 dan bersaing di pasar global.
Untuk mendukung transformasi ini, Indonet terus berinvestasi dalam pengembangan jaringan metro fiber, termasuk pembangunan jalur fiber bawah tanah sepanjang 45 kilometer yang menghubungkan Jakarta dengan kawasan industri MM2100. Berbeda dengan penyedia lain yang menggabungkan jaringan udara dan bawah tanah, Indonet mengambil pendekatan 100% bawah tanah (underground fiber) untuk meminimalkan risiko kerusakan kabel akibat pekerjaan konstruksi atau cuaca ekstrem. Dengan tiga jalur independen yang masing-masing menggunakan kabel fiber 576 core, desain ini memberikan redundansi maksimal, memastikan koneksi tetap berjalan tanpa gangguan dan berlatensi sangat rendah, ideal bagi lingkungan smart factory yang menuntut kestabilan dan uptime tinggi.
Infrastruktur fiber generasi terbaru milik Indonet tidak hanya meningkatkan ketahanan jaringan, tetapi juga mendukung kebutuhan bandwidth besar untuk sistem manufaktur berbasis AI dan analitik data real-time. Dengan konektivitas semacam ini, pabrik cerdas dapat menjaga kontinuitas operasional, mengurangi risiko gangguan, serta meningkatkan hasil produksi, sekaligus berkontribusi pada efisiensi energi dan keberlanjutan lingkungan.
Perjalanan menuju smart factory dimulai dari fondasi digital yang kuat. Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun, Indonet menghadirkan layanan internet bisnis dengan SLA terjamin, latensi rendah, dan dukungan multi-carrier untuk kawasan industri dan pusat manufaktur di seluruh Indonesia.
Bangun fondasi smart factory Anda bersama Indonet hari ini. Let’s connect!





